“Kita harus bisa
menerima; tetapi kita juga harus bisa memberi. Inilah rahasianya persatuan,”
begitulah kata Bung Karno.
Desakan zaman tak akan kalah, desakan zaman
tentu menang. Desakannya zaman ini semakin lama semakin membukakan kesadaran
akan perbudakkan kaum ibu, dan akan melahirkan perhatian teramat akan soal
menyoal “wanita” di Indonesia.
Jika
kita bandingkan dengan negeri-negeri Asia lain, jikalau kita bandingkan dengan
Turki, dengan Mesir, dengan India, dengan Jepang dan lain sebagainya, dimana
derajat kaum perempuan itu belum lama hidup, itupun rendah sekali dan juga
terhina sekali, maka Indonesia kini tampak jauh sekali tertinggal.
Ada diperumpamakan di negeri-negeri Asia
yang lain orang sudah banyak yang mengerti, bahwa agama Islam sejatinya tidak
merendahkan martabat dan derajat kaum ibu, bahkan mereka mempunyai
perempuan-perempuan perkasa ternama dan termashur, entah itu sebagai Dewi
Fatimah, seorang perempuan yang banyak memperjuangkan soal khalifaat, atau
Zobeida pramesuri Harun Al Rashid yang telah mendanai pembuatan jalan air di
Mekah dan mendirikan kembali kejayaan kota Alexanderia sesudah kota ini hancur
berpuing-puing oleh bangsa Griek, atau Fakhroenvissa Sheika Shulda yang membuat
pidato-pidatonya di depan publik di kota Baghdad tentang sastra dan syair, atau
ada juga berpuluh-puluh tabib dan penyair perempuan di kota Chordova.
Sementara di negeri-negeri lain kaum ibunya
sudah melepaskan diri daripada kesesatan tentang pemahaman kehendak-kehendak
Islam yang sejati, maka di Indonesia, dimana kini tuan membaca tulisan ini,
masih banyaklah sekali yang belum terlepas dari ikatan kesesatan pemahaman
Islam tadi. Dan bangsa kita kaum ibu yang beragama lainpun yang memang tidak
ada hubungan atau keterkaitan dengan pemahaman Islam adalah juga jauh
tertinggal oleh kaum ibu di negeri-negeri Asia.
Perhatikanlah dengan baik! Adakah Indonesia
Baharu mempunyai seorang perempuan sebagai Halide Edib Hanum dan Nakie Hanumnya
bangsa Turki? Adakah Indonesia Baharu berputeri sebagai Sarojini Naidu atau
Sarala Devinya India? Sebagai Soong Ching Lingnya Tiongkok? Sebagai Zorah
Hanumnya Persia sekarang? Adakah Indonesia Baharu mempunyai isteri sebagai
isterinya Saad Zahlul Pasha di negeri Mesir? Dan adakah kaum perempuan Indonesia
pernah bergerak sebagai kaum ibunya Korea, yang menentang penghinaannya Jepang?
Belum! Akan tetapi marilah jangan berkecil hati. Karena di zaman nanti akan
terlahir Ratu Wandan Sari kita memiliki puteri Ratu Ibrahim, jika zaman nanti
berniat untuk mengembalikan lagi Ratu Bundo Kandung atau kita mempunyai Ratu
Yangpati, maka pastilah mereka lahir, pastilah mereka akan kembali juga!
Profesor Veth pernah berkata bahwa
sebenarnya Indonesia tidak pernah merdeka. Dari zaman purbakala sampai
sekarang, dari zaman ribuan tahun silam sampai sekarang, dari zaman Hindu
sampai sekarang menurut professor itu, Indonesia selalu menjadi negeri jajahan;
mula-mula jajahan Hindu, kemudian Belanda. Dalam salah satu bukunya ia
mencantumkan syair yang berbunyi:
“Aan Java’s strand verdrongen zich de
volken;
Steeds daagen nieuwe meesters over ’t meer:
Zij volgden op elkaar, gelijk aan ‘t zwerk
de wolken
De telg des lands alleen was nooit zijn
heer.”
Yang
artinya:
“Dipantainya tanah Jawa rakyat
berdesak-desakkan;
Datang selalu tuan-tuannya setiap
masa:
Mereka beruntun-runtun sebagai
runtunan awan;
Tapi anak-pribumi sendiri tak pernah
kuasa.”
Bagaimana pendapat kita tentang
pendirian tersebut? Pendapat kita itu ialah bahwa professor yang cendikiawan
itu yang memang menjadi salah satu “Guru”nya pendidikan riwayat kita, kali ini
beliau salah mengira.
Beliau lupa bahwa perbedaan yang dalam
sekali antara hakekatnya zaman Hindu itu dan hakekatnya zaman sekarang. Beliau
lupa bahwasanya zaman Hindu itu tidak terutama sekali berarti suatu
pengungkungan oleh kekuasaan Hindu yakni
tidak begitu penting dengan adanya suatu machtsusurpatie dari pihak
Hindu diatas pundaknya pihak Indonesia.
Professor lupa bahwasanya didalam
zaman Hindu itu Indonesia sebenarnya adalah merdeka terhadap Hindustan,
sedangkan didalam zaman sekarang Indonesia adalah tidak merdeka terhadap baik
negeri Inggris, Portugis dan Belanda serta Jepang.
Merdeka daripada Hindustan, toh
raja-raja atau pemimpin-pemimpin zaman purbakala itu pada awalnya bangsa Hindu.
Kekuasaan zaman purbakal itu pun berada di tangannya orang-orang bangsa
hindu. [sm]
Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Belajar Tanpa Batas
Post Title : Perempuan Indonesia Maskot Masa Depan
Posted by : Imamul Aripin
Anda telah membaca artikel yang berjudul Perempuan Indonesia Maskot Masa Depan, Semoga ada manfaat dan terima kasih atas kunjungannya. Salam Hangat. Admin.
Post Title : Perempuan Indonesia Maskot Masa Depan
Posted by : Imamul Aripin
Anda telah membaca artikel yang berjudul Perempuan Indonesia Maskot Masa Depan, Semoga ada manfaat dan terima kasih atas kunjungannya. Salam Hangat. Admin.
0 komentar:
Post a Comment