1:43 AM
0

“Kita harus bisa menerima; tetapi kita juga harus bisa memberi. Inilah rahasianya persatuan,” begitulah kata Bung Karno.
Desakan zaman tak akan kalah, desakan zaman tentu menang. Desakannya zaman ini semakin lama semakin membukakan kesadaran akan perbudakkan kaum ibu, dan akan melahirkan perhatian teramat akan soal menyoal “wanita” di Indonesia.
Jika kita bandingkan dengan negeri-negeri Asia lain, jikalau kita bandingkan dengan Turki, dengan Mesir, dengan India, dengan Jepang dan lain sebagainya, dimana derajat kaum perempuan itu belum lama hidup, itupun rendah sekali dan juga terhina sekali, maka Indonesia kini tampak jauh sekali tertinggal.
Ada diperumpamakan di negeri-negeri Asia yang lain orang sudah banyak yang mengerti, bahwa agama Islam sejatinya tidak merendahkan martabat dan derajat kaum ibu, bahkan mereka mempunyai perempuan-perempuan perkasa ternama dan termashur, entah itu sebagai Dewi Fatimah, seorang perempuan yang banyak memperjuangkan soal khalifaat, atau Zobeida pramesuri Harun Al Rashid yang telah mendanai pembuatan jalan air di Mekah dan mendirikan kembali kejayaan kota Alexanderia sesudah kota ini hancur berpuing-puing oleh bangsa Griek, atau Fakhroenvissa Sheika Shulda yang membuat pidato-pidatonya di depan publik di kota Baghdad tentang sastra dan syair, atau ada juga berpuluh-puluh tabib dan penyair perempuan di kota Chordova.
Sementara di negeri-negeri lain kaum ibunya sudah melepaskan diri daripada kesesatan tentang pemahaman kehendak-kehendak Islam yang sejati, maka di Indonesia, dimana kini tuan membaca tulisan ini, masih banyaklah sekali yang belum terlepas dari ikatan kesesatan pemahaman Islam tadi. Dan bangsa kita kaum ibu yang beragama lainpun yang memang tidak ada hubungan atau keterkaitan dengan pemahaman Islam adalah juga jauh tertinggal oleh kaum ibu di negeri-negeri Asia.
Perhatikanlah dengan baik! Adakah Indonesia Baharu mempunyai seorang perempuan sebagai Halide Edib Hanum dan Nakie Hanumnya bangsa Turki? Adakah Indonesia Baharu berputeri sebagai Sarojini Naidu atau Sarala Devinya India? Sebagai Soong Ching Lingnya Tiongkok? Sebagai Zorah Hanumnya Persia sekarang? Adakah Indonesia Baharu mempunyai isteri sebagai isterinya Saad Zahlul Pasha di negeri Mesir? Dan adakah kaum perempuan Indonesia pernah bergerak sebagai kaum ibunya Korea, yang menentang penghinaannya Jepang? Belum! Akan tetapi marilah jangan berkecil hati. Karena di zaman nanti akan terlahir Ratu Wandan Sari kita memiliki puteri Ratu Ibrahim, jika zaman nanti berniat untuk mengembalikan lagi Ratu Bundo Kandung atau kita mempunyai Ratu Yangpati, maka pastilah mereka lahir, pastilah mereka akan kembali juga!
 Profesor Veth pernah berkata bahwa sebenarnya Indonesia tidak pernah merdeka. Dari zaman purbakala sampai sekarang, dari zaman ribuan tahun silam sampai sekarang, dari zaman Hindu sampai sekarang menurut professor itu, Indonesia selalu menjadi negeri jajahan; mula-mula jajahan Hindu, kemudian Belanda. Dalam salah satu bukunya ia mencantumkan syair yang berbunyi:
“Aan Java’s strand verdrongen zich de volken;
Steeds daagen nieuwe meesters over ’t meer:
Zij volgden op elkaar, gelijk aan ‘t zwerk de wolken
De telg des lands alleen was nooit zijn heer.”
Yang artinya:
          “Dipantainya tanah Jawa rakyat berdesak-desakkan;
          Datang selalu tuan-tuannya setiap masa:
          Mereka beruntun-runtun sebagai runtunan awan;
          Tapi anak-pribumi sendiri tak pernah kuasa.”
            Bagaimana pendapat kita tentang pendirian tersebut? Pendapat kita itu ialah bahwa professor yang cendikiawan itu yang memang menjadi salah satu “Guru”nya pendidikan riwayat kita, kali ini beliau salah mengira.
          Beliau lupa bahwa perbedaan yang dalam sekali antara hakekatnya zaman Hindu itu dan hakekatnya zaman sekarang. Beliau lupa bahwasanya zaman Hindu itu tidak terutama sekali berarti suatu pengungkungan  oleh kekuasaan Hindu yakni tidak begitu penting dengan adanya suatu machtsusurpatie dari pihak Hindu diatas pundaknya pihak Indonesia.
      Professor lupa bahwasanya didalam zaman Hindu itu Indonesia sebenarnya adalah merdeka terhadap Hindustan, sedangkan didalam zaman sekarang Indonesia adalah tidak merdeka terhadap baik negeri Inggris, Portugis dan Belanda serta Jepang.

          Merdeka daripada Hindustan, toh raja-raja atau pemimpin-pemimpin zaman purbakala itu pada awalnya bangsa Hindu. Kekuasaan zaman purbakal itu pun berada di tangannya orang-orang bangsa hindu. [sm]  
Update Sekarang Melalui e-mail
Berlangganan artikel via email!

Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Belajar Tanpa Batas
Post Title : Perempuan Indonesia Maskot Masa Depan
Posted by : Imamul Aripin
Anda telah membaca artikel yang berjudul Perempuan Indonesia Maskot Masa Depan, Semoga ada manfaat dan terima kasih atas kunjungannya. Salam Hangat. Admin.

0 komentar:

Post a Comment

Artikel Terkait